Rabu, 02 Januari 2013

Kelak Nanti, Aku Ingin Menjadi Seperti Dia

Kelak Nanti, Aku Ingin Menjadi Seperti Dia
Saat itu, baru saja rahim Bunda dibobol dengan alat dokter
Bukan lintah yang hanya dijatuhkan silet beberapa menit lalu tumbuh lainnya
Tak semudah itu
Rasa sakit melanda jiwanya bak tertimpa katrol ganda 1 ton
Airmatanya mengalir tanda ingin mengakhiri kesakitan itu
Dia tak pernah merumuskannya dengan waktu yang dia tempuh
Bukan juga dengan rumus v=s/t
Dia merumuskannya dengan kelembutan hatinya

Tangisku mulai menggelegar bak petir dahsyat
Namun dapat diatasi oleh lempeng tembaga
Saat itu, baru saja aku keluar dari rahim Bundaku
Aku mulai mengenalnya
Mudahnya mengenal Bundaku
Bak apel yang jatuh karena gravitasi bumi, mudah
Saat telingaku dikumandangkan adzan oleh Ayah
Saat itu aku baru saja menuju menara tanpa tangga sebagai bidang miring

Bundaku bak matahari yang memberikan panasnya untuk alam
Dan aku bukan apa-apa
Hujan asam, musim panas, dia terima dengan sabar dan lapang
Bunda memang bukan besi yang dapat berkarat
Dia emas, bak anting-anting berlapis emas
Dan ketika pasangannya pun hilang,
Dia tetap setia dengan pengorbanannya untuk sang pemilik
pengorbanan ibuku seperti 1 dibagi 0 yang tak pernah ada habisnya

Ketika kepedihan itupun dimulai
Rasa itu bak larutan H2SO4, NaCl,KOH yang dijadikan satu
Byaaarrr!! Segalapun seakan ingin keluar dari dalam diri Bundaku
Namun dia adalah yang tertegar
Siang malam, dia mencarikanku sebutir nasi yang kaya akan karbohidrat
Mengusahakan setetes susu serta air bersih yang dihiasi reaksi redoks
Dan tak lupa seulas senyum yang selalu di canangkan,
 Walau luka sayat yang merobek pembuluh darah

Aku tumbuh dengan manisnya di kehidupan bak menara ini
Kini aku menemukan bidang miring itu
Sudah 3 x 5 tahun aku dibimbing oleh Bunda
Bak lebah yang membantu penyerbukan bunga
 Bunda membantuku tumbuh dan berkembang
Pekerjaan yang tak mungkin dilakukan anak TK,
 untuk menghitung stoikiometri atau bahkan ikatan kimia

Kepedihannya menjadikanku semakin dewasa
Hatiku memang tak lembut, dan aku tak mudah dikenal
Aku juga bukan emas, dan aku bukan apa-apa
Aku bukan bidang miring untuk seseorang
  Akupun tak sesetia dia
 Aku kepadanya bak 0 dibagi 1 yang hasilnya adalah 0

Kepedihan memang mengubah
Aku memang tak setegar Bundaku
Namun, kelak aku ingin menetralkan perasaannya dengan asam basaku
Aku ingin mencarikan pasangan anting yang hilang itu
Dan kelak nanti aku ingin menjadi seperti dia